Penjara suci bukanlah penjara seperti pada umumnya, itu hanya sebuah istilah saja. Pesantren sering kali diistilahkan sebagai penjara suci, karena seluruh santri tidak dapat keluar seenaknya dan kapan pun yang mereka mau. Di pesantren, santri bukan dikurung karena telah melakukan tindakan kejahatan, namun pada ruang lingkup yang sangat religius itulah para santri diberikan segala ilmu tentang agama.
Daftar Isi
Menjadi Santri
Sejak kelas 6 SD (Sekolah Dasar) saya sudah mencoba mengikuti kegiatan di pesantren yang tak jauh dari rumah. Sejak saat itu pula saya merasakan adanya kenyamanan saat berada di suatu ruang lingkup yang religius.
Darus Sa’adah, tempat yang menjadi pengalaman pertama saya berada di pesantren. Tak lebih dari satu tahun saya tidak lagi mengaji di pesantren itu. Saat itu saya telah melaksanakan ujian nasional, lalu saya ditawari oleh orang tua untuk melanjutkan ke pesantren.
Saya mencoba survei ke beberapa pesantren di Cirebon. Saya mencoba daftar di salah satu pesantren tahfidz qur’an, yaitu Al-Hikmah. Untuk masuk pesantren itu ada ujian seleksi yang harus saya hadapi.
Alhamdulillah saya telah lolos ujian seleksi dan diterima di Pesantren Tahfidz Qur’an Terpadu Al-Hikmah. Beberapa minggu setelah pengumuman waktunya saya harus berangkat ke pesantren. Saat pertama kali berangkat saya diantarkan oleh keluarga.
Saat sudah sampai di pesantren saya langsung mengunjungi asrama yang akan ditempati. Kala itu pertama kalinya saya jauh dari orang tua.
Hari sudah mulai menjelang malam, keluarga yang mengantarkan saya akan kembali pulang. Saat itu saya sedikit merasakan kesedihan karena jauh dari orang tua. Namun saya harus bisa menghadapi ini. Satu minggu pertama saya masih dalam proses beradaptasi.
Sudah satu bulan saya di pesantren akhirnya merasakan kenyamanan tersendiri, setelah mempunyai banyak teman yang berasal dari berbagai daerah.
Setelah lulus dari Al-Hikmah saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke pesantren lagi, namun pesantren yang berbeda. Saat itu saya melanjutkan di salah satu pesantren salafi modern Darul Ma’arif, Indramayu. Berbeda dengan sebelumnya, karena di Darul Ma’arif ini saya akan mempelajari kitab kuning.
Pendidikan Formal
Di pesantren itu santri tidak hanya mengaji. Di pesantren juga terdapat fasilitas pendidikan formal. Saat saya di Al-Hikmah saya duduk di bangku sekolah menengah pertama, kemudian di Darul Ma’arif pendidikan formal saya sekolah menengah kejuruan.
Mengkaji Al-Qur’an dan Kitab Kuning
Kegiatan mengkaji Al-Qur’an dan Kitab Kuning pasti ada di pesantren seluruh Indonesia, walaupun dengan metode yang berbeda. Saat di Al-Hikmah saya mengkaji Al-Qur’an dengan menghafal, alhamdulillah selama 3 tahun di Al-Hikmah saya mendapatkan 8 juz hafalan Al-Quran.
Pada saat di Darul Ma’arif saya berganti mengkaji kitab kuning dan Al-Qur’an dengan metode kempek (metode yang digunakan sejak dulu di pondok pesantren Kempek, Cirebon).
Hidup Berjama’ah
Di pesantren para santri tidak tinggal seorang diri salam satu ruangan, sudah layaknya di pesantren santri hidup berjama’ah dengan teman-temannya. Sudah sewajarnya saat saya di pesantren tidur bersama 30 orang teman dalam satu kamar, makan satu piring berdua atau satu nampan berempat, mandi juga harus antre bergilir.
Konsekuensi Peraturan
Di setiap pesantren pasti memiliki sistem pengelolaan yang berbeda. Dengan dibuatnya sebuah aturan maka sebuah sistem itu akan berjalan. Peraturan ada itu untuk dipatuhi, memang beberapa persen santri beranggapan peraturan ada untuk dilanggar, jika seperti itu makan yang melanggar itu harus dihukum.
Setiap santri yang melanggar peraturan pesantren pasti diberikan sanksi. Gundul rambut, salah satu sanksi yang tidak asing lagi, sanksi yang sudah pasti diterapkan hampir di pesantren seluruh Indonesia. Saya sendiri pun mengalami hal itu, alhamdulillah selama 6 tahun saya pesantren pernah 4 kali rambut digundul karena melanggar peraturan, yaitu kabur.
Biasanya setelah digundul ini terjadi perubahan yang signifikan terhadap tingkah laku seorang santri. Perubahan yang terjadi biasanya seperti stres karena menyesal telah melanggar, malu karena takut akhwat yang disukainya ilfil, takut jika saat orang tua menjenguk akan dimarahi, tingkat sensasional lebih meningkat, dan ada juga yang senang saat digundul, biasanya terjadi pada santri yang berambut keriting dan berkutu, karena setelah digundul kepalanya tidak terasa terbebani. Haha.
Hari Libur
Hari libur adalah hari yang ditunggu-tunggu para santri. Biasanya di hari libur ini para orang tua akan menjenguk anak-anaknya dan saatnya mereka melepas rindu. Sebenarnya yang paling ditunggu dari kedatangan orang tua adalah makanan yang dibawakan.
Namun tidak semua santri pada hari libur dijenguk oleh orang tuanya, ada beberapa yang sedih melihat teman-temannya dijenguk dan ada juga yang memanfaatkan hari libur untuk izin keluar pesantren.
Kisah Kasih di Pesantren
Tidak menutup kemungkinan seorang santri ikhwan dan akhwat menjalin suatu hubungan khusus atau yang bisa dikatakan pacaran. Ya walaupun pada hakekatnya dilarang oleh agama, apalagi santri adalah seseorang berlatar belakang mempunyai landasan agama yang telah didapatkan dari pesantren.
Namun tidak seperti kebanyakan anak muda di luar sana, yang sudah melewati batas syar’i. Santri ikhwan dan akhwat menjalin hubungan masih dalam batasan wajar, walaupun beberapa hal sudah dikatakan maksiat. Biasanya mereka berpacaran itu untuk saling memotivasi agar lebih semangat menjalani hari-hari di pesantren. Tapi tetap jaga Iman!
Itulah beberapa hal yang menggambarkan kehidupan di pesantren, gambaran tersebut saya tulis berdasarkan kisah yang saya alami selama 6 tahun di pesantren.